Fiona , remaja kecil, pendek, berambut hitam panjang dan
berkulit hitam manis yang menjadi incaran semua cowok-cowok disekolahnya hari
ini sangat senang sebab ia sudah tak sabar lagi untuk segera masuk sekolah. Ia
sudah tak sabar karena besok adalah hari
pertama Fiona menjadi salah satu senior
di SMA nya tercinta , SMA Pelita. Iapun merasa sedikit bangga karena ia bisa
naik kelas 11 dengan nilai yang cukup memuaskan, dan masuk jurusan yang ia
inginkan yaitu IPS. Kebetulan Fiona
adalah wakil ketua OSIS di sekolahnya sehingga iapun besok ikut serta di
kegiatan MOS.
Jreng….jreng……kukuruyuukkk……
Hari yang dinanti-nantikan oleh Fiona akhirnya datang
juga. Fiona dengan segera telah mempersiapkan segala kebutuhannya sejak pagi.
Setelah semuanya siap , Fiona pergi kesekolah bersama ayahnya.
“berangkat dulu ya mah , asalamualaikum……” sahut Fiona
kepada mamahnya.
“walaikumsalam…hati-hati dijalan sayang…jangan
galak-galak ntar semua adek kelasmu lari ..” goda mamahnya.
“iya..iya…emang aku apaan mah ? singa ? “ balas Fiona
sambil bergegas menuju mobil ayahnya yang sudah siap mengatar Fiona dan
adiknya,David.
Sesampainya disekolah Fiona langsung menuju ruang OSIS
dan segera mempersiapkan segala peralatan untuk upacara pembukaan MOS.
“kak Fiona .. “ sapa seorang anak di belakang Fiona.
Sontak saja Fiona kaget dan kebetulan Fiona latah “
eee….Fiona Fiona ..apa kamu?”
Kemudian semua orang yang ada dibelakang Fiona tertawa
terbahak-bahak melihat Fiona yang biasanya galak bin judes itu latah. Fiona
bersikap acuh yak acuh atas kejadian itu dan ia tetap PeDe abis,karena saat ini
Fiona merasa sudah menjadi SENIOR . Hhahahahaa…
Saat itu sebenarnya Fiona merasa sangat malu dan ingin
menghilangkan latahnya itu, sudah berbagai cara ia lakukan namun hasilnya tetap
nihil. Di dalam runangan OSIS yang masih sepi dan berdebu itu Fiona memainkan
jari-jarinya. Ia duduk dan berpikir bagaimana cara menghilangkan latahnya itu.
“ehm…kira-kira gimana ya??” gumam Fiona.
“Fiooonaaaaaaa……dooooorrr!!!” suara Adit sang ketua OSIS
mengagetkan Fiona.
(latahnya kambuh) “eeee…..doorrrr…” sahut Fiona.
“hahaha…dek Fiona masih latah yaa ?” ledek Adit.
“apa sih kak…ngeledek mulu” jawab Fiona sambil
manyun-manyun.
“tambah lucu deh kalok marah, hahaha.” Tambah Adit.
“udah deh kak, jangan
ngeledek Fiona mulu, ayo kita siapin alat-alat buat pembukaan MOS.” Ajak
Fiona.
“iya dek, ayooo!” sahut Adit.
Akhirnya kedua sejoli
itupun bergegas mempersiapkan alt-alat yang akan digunakan dan semua
anggota OSIS lainnya juga membantu mereka. Pukul 06.30 semua peralatan sudah
tertata dengan baik dan tepat pukul 07.00 upacara sudah bisa dimulai. Sebelum
upacara dimulai Fiona sempat bercakap-cakap dengan teman sekelasnya dan juga
sahabatnya Lisa.
“eh Lis, kamu tau gak ?”
“enggak…emang apa Fi ?” jawab Lisa sembari
menggulung-gulung rambutnya.
“hadeh..Lisa Lisa… gini Lis, tadi pagi pas aku berangkat
aku di ketawain sama adek kelas kita.”
“ha..??? apa…? Diketawain…?” (matanya Lisa melotot)
“iya Lis..tapi Lis……emmmm…..”
“tapi apa Fi?”
“tapi anaknya lumayan ganteng kok..hahaha..”
“yaelah Fiona…fiona…aku kirain apaan, udah deh Fi , kamu
itu sejak SMP sukanya sama yang brondong, ganti kenapa ?”
“aduh Lisa… dia itu unyu-unyu banget”
“Fiona sayang..hello..?? udah lupakan brondong, bosan aku
mendengarnya..ati-ati ntar sakit hati cumin mewek.”
“aduh Lisa, sejak kapan aku sakit hati karena brondong ?
Fiona gak bakal deh.”
“udah deh Fi, lupakan saja..susah ngomong sama kamu, udah
ayo upacara..kamu kan OSIS.”
“iya Lisa sayang..wekkkkk.” ledek Fiona.
Setelah upacara pembukaan MOS selesai semua peserta MOS
dikumpulkan jadi satu di halaman upacara dan mereka dikenalkan dengan para
pengurus OSIS yang akan membantu mereka saat MOS. Karena Fiona adalah wakil
ketua OSIS tentu ia memperkenalkan dirinya setelah sang ketua yaitu Kak Adit. Saat
Fiona memegang microphone tiba-tiba ada genteng jatuh dan sontak Fiona pun
menjadi latah. Semua peserta MOS tertawa terbahak-bahak melihat ulah Fiona. Di
salah satu sudut barisan terdengar suara seorang laki-laki yang sangat
menjengkelkan hati Fiona.
“aaaa…itu mbak yang tadi pagi latah, hahaha.”
Sontak saja semua pandangan tertuju pada sosok yang ada
di barisan paling pojok itu. Anak yang ada di barisan paling pojok itu seperti
matados alias manusia tanpa dosa, dan dengan santainya ia berkata :
“nge fans ya sama saya, kok semua ngliatin saya,
hahaha.”(tertawa gak jelas)
Perkataan yang baru saja keluar dari mulut seorang junior
itupun langsung ditanggapi oleh Kak Adit.
“hei dek…kamu yang ada di pojokkan, siapa namamu?” Tanya
kak adit.
“iya…siapa namamu? Sewot aja daritadi.” Tambah Fiona.
“aduh kakak ku yang cantik dan yang latah…perkenalkan
nama saya David.”
“haaa….? Apa…? David ? gak salah tuh ??” seru Fiona
sampai ia mlongo.
‘iya kakak ku yang cantik gak salah kok..” jawab David,
sang adek kelas yang sukanya nyolot itu.
Fiona tak menanggapi klimat yang baru saja diucapkan adek
kelasnya yang nyolot itu. Saat Fiona mlongo tadi, tanpa ia sadari semua orang
yang ada lapangan upacara itu menyoraki Fiona dan David dengan kata-kata yang
aneh-aneh, seperti “cieeecieee, cinlok cinlok” dan lain sebagainya. Fiona tidak
menggubris omongan semua orang tadi, yang ia pikirkan adalah mengapa adek
kelasnya yang super nyolot itu tadi namanya bisa sama dengan nama adeknya
sendiri.
Hari pertama menjadi salah satu pembimbing MOS membuat
Fiona menjadi lebih tertantang dan penasaran dengan si adek kelas yang super
ngeyel itu. Dan hari ini adalah hari kedua dan lagi-lagi Fiona dikerjain oleh
adek kelasnya itu. Untuk yang kedua kalinya Fiona dikagetin dari belakang oleh
adek kelasnya itu.
Hari ini adalah hari ketiga, dan hari terkhir menjadi
pembimbing MOS, tidak seperti biasanya Fiona merasa lega karena ia tak
dikagetin oleh sang adek kelas dan ia pun bisa bejalan dari parkiran dengan
tenang dan nyaman. Sesampainya di ruang OSIS Fiona melihat sebuah kotak kecil
berwarna merah muda dan kotak itu terlihat sangat indah dengan pita warna biru
muda diatasnya. Kotak itu diletakkan diatas meja yang bertuliskan nama Fiona
diatasnya.
Tanpa basa-basi Fiona langsung mengambil kotak itu, Fiona
berharap kotak itu dari orang yang special pula seperti bungkusnya yang sangat
indah dan spesila di mata Fiona. Memang seumur-umur baru kali ini Fiona
mendapatkan bingkisan yang surprise seperti itu. Perlahan namun pasti, Fiona
mulai membuka kotak itu dan isinya ternyata hanyalah sebuah permen lollipop
seharga 500 rupiah, namun dalam kotak itu juga ada sebuah amplop kecil berisi
surat.
Untuk kakakku yang manis,imut-imut, lucu, dan tentunya
yang LATAH. Kak kutunggu kamu dibawah pohon mangga depan sekolah. Permennya
dibawa nanti di makan bareng-bareng.
Muahhh kakak J
-rahasia-
Setelah membaca surat itu Fiona kaget dan bertanya-tanya
dalam hatinya, siapa yang memberi surat itu ? dan untuk apa surat itu ? apa
semua itu hanya untuk melecehkan Fiona, tentu tidak jawabnya.
Jam menunjukkan pukul 13.00 dan sekarang waktunya untuk
penutupan MOS,acara berlangsung sangat formal dan saat itu pulaadek kelas yang
super nyolot itu diam dan tak bertindak aneh-aneh. Setelah upacara penutupan
MOS, Fiona segera bergegas menuju pohon mangga yang ada di depan sekolahnya.
Fiona kaget dan sangat kaget tatkala yang ditemuinya adalah david, adek kelasnya yang super nyolot bin
ngeyel itu.
“ehh…kamu ! ngapain kamu belom pulang ?” sahut Fiona.
“lagi sesuatu kak.” jawabDavid dengan nada yang datar dan
dingin, sedingin es di kutub utara.
“ha…? Sesuatu?? Hayoo ngapain ?” ledek Fiona.
(David hanya terdiam dan ia malah balik bertanya pada
Fiona)
“kakak sendiri ngapain disini?”
“eh kamu, ditanya malah balik nanya…emmmmmm…kasi tau gak
yaa ?”
“halah kak…kasi tau lah.”
“emm..iya deh.” (duduk di kursi yang ada di bawah pohon)
“gini loo dek, tadi itu aku dapet ini lollipop sama surat, tapi aku gatau
pengirimnya, yaudah aku datengin aja sesuai surat ini, biar tau orangnya.”
“kak…..” suara David menjadi lirih.
“dalem dek, ada apa yah?” jawab Fiona dengan lembut.
‘sebenernyaa……..” jawab David sambil memainkan jarinya.
‘sebenernya apa dek ? jangan bilang kalok ini plolipop
dari kamu.” Tegas Fiona.
“justru itu kak, aku mau bilang itu.. permen itu memang
dari aku, dan kotak itu juga dari aku kak.” Jawab david dengan santainya.
“haaa???? Apa?? Jadi bener ini dari kamu ?” jelas Fiona
‘iya kak…aku itu suka sama kakak, abisnya kakak bikin aku
merasa seperti ketemu bidadari latah gitu kak.” Jawab David dengan sangat
polos.
“ohh…ya.” Fiona menjawab dengan nada sedikit lesu.
“jadi gimana kak ? kakak mau jadi pacar aku ?”
“ha? Apa? Pacar?” Fiona melotot.
“iya kak, pacar…. Aku tulus kak, mau menerima kakak apa
adanya.”
“emm…gimana ya? Aku pikir-pikir dulu ya, beri aku waktu.”
Saat Fiona sedang asyik berpikir tiba-tiba David pergi
menghilang dan David tidak mengucapkan selamt tinggal kepada Fiona. Fiona
bingung dengan sikap David, dan ia pun akhirnya pulang.
Sesampainya dirumah Fiona merasa ada yang aneh dengan
kepergian David siang tadi. Karena kejanggalan yang Fiona rasakan akhirnya malam
itu Fiona tak bisa tidur hingga larut malam, dan ia juga masih berpikir-pikir
dengan hatinya. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan, apakah ia akan menerima
David sebagai pacarnya ? entalah ia tak tau. Saat Fiona sedang berpikir akan
keputusannya, tiba-tiba handphone Fiona bergetar, dan ada tanda sms yang masuk.
Dengan sigap Fiona segera mengambil handphone yang ada di kasurnya itu.
Pengirim : 085747888999
Pesan : kak, kutunggu jawaban kakak besok sepulang
sekolah di bawah pohon mangga.
Penerima : 085777666444
Setelah membaca pesan singkat itu Fiona tak berekspresi,
ia hanya terdiam dan perlahan menelan ludah. Dalam hatinya ia merasa sangat
kacau, dan ia tak bisa berpikir hal apa yang harus ia lakukan tanpa harus
menyakiti hati dan perasaan David. Karena kebimbangan hati itu akhirnya Fiona
tertidur dengan menggenggam handphone di tangannya.
Pada keesokan harinya Fiona mersa sangat malas ke sekolah
dan ia sangat lemas, ia tak sanggup mengatakan semuanya di depan David. Namun
ia tetap berangkat ke sekolah karena ia harus memimpin rapat OSIS.
Tak terasa waktu pada hari ini berlangsung sangat
cepat, dan tak terasa pula bel pulang
pun terdengar keras di telinga Fiona. Sebelum memimpin rapat OSIS, Fiona
menyempatkan diri untuk bertemu dangan David, dibawah pohon mangga.
“emm… dek, maaf sebelumnya ya.. tolong kasih waktu lagi
untuk aku berpikir,karena waktu satu hari itu ternyata kurang.” Kata Fiona
lirih sambil menunduk memainkan jari tangannya.
“ohh…gitu ya kak, ya sudah kutunggu kak, ingat ya kak..
aku sayang banget sama kakak jadi tolong jangan kecewain aku kak.” Jawab David
sembari memegang tangan Fiona.
“iya dek.. ya sudah dek, aku mau rapat OSIS dulu, sana
kamu pulang dulu, hati-hati di jalan.” Tegur Fiona sambil melepaskan tangannya
dan bergegas pergi meninggalkan David.
“iya kak..selamat rapat, aku sayang kakak.” Jawab David,
dan ia juga pergi.
Setelah menemui David, Fiona menuju ruang OSIS dan segera
memimpin rapat. Fiona tidak konsentrasi dalam memimpin rapat hingga akhirnya ia
di tegur sama beberapa temannya. Saat ia sudah mulai konsentrasi terhadap rapat
yang ia pimpin, tiba-tiba saja handphone yang ada di kantung bajunya itu
bergetar. Dan saat itu ia meminta izin untuk membuka pesan singkat itu, dan
betapa terkejutnya hati Fiona saat ia menbaca bahwa isi pesan singkat itu
adalah berita duka untuknya.
David, sosok laki-laki yang baru saja membuat pikirannya
kacau berantakan itu kiini sudah terbaring kaku di ruang jenazah rumah sakit
setempat. Dan saat itu pula Fiona segera membubarkan rapat yang ia pimpin dan
ia termenung menangisi semua itu sebelum akhirnya ia bergegas menuju ruang
jenazah dimana David berada.Tanpa Fiona ketahui, ternyata David memang sudah
menderita penyakit yang sangat parah, yaitu kanker otak.
Dan saat itu pula Fiona hanya bisa menangis, menangis,
dan menangis. Fiona merasa sangat kehilangan. Dan ia sangat menyesal karena ia
juga belum bisa membalas cinta David yang telah diberikan untuknya, dan kini
yang tersisa hanyalah Fiona yang merasa sendiri tanpa seorang David yang ia bayangkan
sebelumnya. Dan tanpa ia sadari bahwa siang hari sepulang sekoalah itu tadi
adalah genggaman erat dari sosok David untuk yang pertama dan terakhir yang
dirasakan Fiona.
by : ika madyarina mastuti
0 komentar:
Posting Komentar